Wednesday, November 30, 2016

Menggapai Keberkahan Hidup


Hasil gambar untuk keberkahan hidup

Berkah sering kita jadikan tujuan hidup di samping mencari ridho Allah. Mencari keberkahan hidup pada hakekatnya adalah mencari bahagia.Di pesantren atau di acara pengajian, kita diajarkan yang terpenting mencari berkah, bukan sekadar kepintarannya. Kalau sekadar pintar saja tetapi tidak berkah maka ilmu tersebut bisa menjadi malapetak.

Orang tua kita juga memberi pesan agar dalam hidup, yang kita cari adalah berkah. Dan berkah ini tidak selalu berkolerasi dengan banyaknya harta yang kita miliki. Ada sebuah hadist yang sering dijadikan doa, terutama kepada pengantin yang seringkali dijadikan sebuah kutipan dalam undangan pernikahan. Yang Artinya:"Semoga Allah memberi berkah untukmu, memberi bekas atasmu, dan menghimpun yang terserak di antara kalian berdua."(HR At-Turmudzi)

Dalam kajian ilmu Nahwu kalimat "laka", itu digunakan untuk hal-hal yang sifatnya menguntungkan atau menyenangkan. Kalau yang tidak enak, menggunakan kata"Alaika". Ternyata, bahasa laka dan alaika digunakan oleh Rasulullah dalam hadist tersebut supaya orang itu mendapat keberkahan baik dari hal yang enak maupun yang tidak enak. Semuanya ada nilai keberkahannya. Bagi sementara orang, keberkahan
itu sesuatu yang enak secara fisik saja. Padahal bisa jadi, yang tidak enak itu lah yang sebenarnya menjadi berkah.

Misalnya, setelah menjadi seorang anggota DPR harus masuk penjara. Ini menunjukkan sesuatu yang tampaknya enak, berupa jabatan tinggi yang dihormati banyak orang, ternyata malah membawa bencana. Orang sakit juga bisa mendapat keberkahan karena dengan beristirahat, maka ia memiliki kesempatan untuk mengevaluasi dirinya, momen yang ia peroleh lantaran kesibukan dirinya. Ini menunjukkan bahwa antara yang menguntungkan dan tidak menguntungkan, sama-sama mendapat peluang mendapat keberkahan.

Bertambahnya sesuatu juga belum tentu membawa kebaikan jika tidak mendekatkan diri kepada Allah. Orang yang tambah umurnya belum tentu lebih berkah, orang yang tampak rezekinya juga belum tentu tambah berkah. Demikian pula, orang yang tambah ilmu juga belum tentu mendapatkan berkah jika ilmu tersebut hanya menjadi kebanggaan diri, bukan untuk diajarkan kepada orang lain atau untuk menambah keimanan kepada Allah. 

Jadi ilmu tambah bukan berarti semakin deka dengan Allah.Ini adalah cerminan dari ilmu yang tidak berkah. Berkah itu maknanya kebahagiaan. Orang berbahagia itu sering diukur hanya dari ukuran fisiknya. Benarkah demikian? Dalam pandangan agama, Tanda-tanda kebahagian tidak selalu yang tampak secara dhahir. Karena tampilan lahiriah sejumlah orang bisa saja seolah bahagia, tapi batin mereka menderita.

Sebagai salah satu tanda kekuasaan Allah adalah Ia menciptakan istri-istri yang dapat menentramkan jiwa dan menciptakan kasih sayang antara keduanya. Kebahagian rumah tangga bukan terletak pada kecantikan istri atau kekayaan suami. Misalnya, apa iya kalau punya istri cantik terus berbahagia. Mungkin iya, tetapi mungkin saja tambah pusing. Belum tentu mendapat kebahagiaan. Betapa banyak perempuan cantik rupawan yang justru berakhir pada penceraiaan. Bahkan rata-rata panggugat datang dari perempuan. Ini bukti bahwa mereka tidak bahagia. Karena itu,hal yang bersifat dhahir menarik tidak menjamin rasa bahagia. 

Standar untuk menilai kebahagian keluarga tidak dilihat dari harta apa yang dimiliki, tetapi apakah suami istri
tersebut memiliki akhlak yang baik. Jika mereka memiliki akhlak yang mulia, insyaallah mereka akan berbahagia.

Meraih keberkahan hiup bisa kita raih dengan senantiasa mendekatkan diri kita kepada Allah SWT seraya terus menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji,seperti syukur, qana'ah, gemar bersedekah, berbakti kepada kedua orang tua.

semoga bermanfaat. Amiiiin!!!

Tuesday, November 29, 2016

Segeralah Bertobat!!!

Hasil gambar untuk tobat


Allah SWT berfirman: Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberikan rahmat oleh tuhanku (QS.Yusuf 12:53)

Sesungguhnya kejahatan hawa nafsu manusia itu ada dua macam: 1. Mendorong berbuat maksiat dan 2. Lambat dalam ketaatan. 

Saudaraku seiman semoga Allah merahmati kita semua  ketahuilah bahwa termasuk sifat bawaan yang dimiliki semua manusia adalah mudahnya berbuat salah dan dosa kecuali para nabi dan rasul. karean,memang manusia adalah makhluk yang lemah. 


Allah SWT berfirman: Dan manusia dijadikan bersifat lemah. (QS al-Nisa 4 : 28)

Manusia yang baik bukanlah manusia yang tidak pernah salah karena itu adalah perkara yang mustahil dan tidak akan ada di alam ini, manusia yang baik adalah mereka yang merasa punya salah dan dosa lalu bersegera mencari ampunan Rabbnya dan tidak terlena serta hanyut dengan kesalahan yang ia lakukan.

Rasulullah SAW bersabda: "Setiap manusia pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah ia segera bertobat (HR al-Hakmi,Ahmad,al-Tirmizi,dll)


Makna dan macam-macam tobat

Arti "tobat" (al-taubah) secara bahasa adalah kembali sebagaimana yang disebutkan oleh Ibn Faris dalam Mu'jam Maqayis al-Lugah 1/357. Adapun secara istilah,"tobat" adalah kembali kepada Allah dengan cara meninggalkan perbuatan maksiat menuju ketaatan kepadanya. 

Bertobat kepada Allah ada dua macam: Muqayyad dan ada pula yang bersifat Mutlak. Tobat Muqayyad adalah seorang hamba bertobat dari dosa-dosa tertentu yang ia telah kerjakan.Adapun tobat mutlak adalah ia bertobat dari setiap dosa apakah ia ketahui ataupun tidak ia ketahui di mana ia senantiasa bertobat keapada Allah Ta'ala. 

Tobat adalah kewajiban bagi semua hamba

Ketahuilah wahai saudaraku, sesungguhnya wajib bagi kita semua untuk bertobat kepada Allah Ta'ala karena setiap saat kita tidak lepas dari dosa dan kesalahan, sebagaimana dalam hadis qudsi Allah Ta'ala berfirman:
"Wahai hamba-ku, sesungguhnya kalian telah berbuat dosa di waktu malam dan siang." (HR Muslim). 

Dan kewajiban bertobat ini telah Allah Ta'ala sebutkan dalam beberapa ayat-Nya dalam Alquran,antaranya firmanya yang berbunyi:

Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepadanya. (QS.Hud 11:3)

Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubatan nasuha (tobat yang semurni-murninya). (QS al-Tahrim 66 : 8)

Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS al-Nur 24:31)

Rasulullah SAW bersabda:"Wahai manusia! hendaknya kalian bertobat dan meminta ampun kepada Allah, karena saya setiap hari bertobat sebanyak seratus kali."(HR Muslim)

Dan para ulama telah sepakat bahwasanya bertobat itu hukumnya wajib sebagaimana yang dinukil oleh al-Imam al-Nawawi dalam Riya dhus Shalihin.


Syarat diterimanya tobat

Ketahuilah wahai saudaraku, sesungguhnya dosa yang kita lakukan itu tidak lepas dari dua macam: (1) dosa yang berhubungan dengan hak Allah, (2) dosa berkaitan dengan hak makhluk Allah (manusia) Masing-masing memiliki syarat dalam tobat yang agak berbeda. 

Dosa yang berkaitan dengan hak Allah memiliki tiga syarat yang wajib dipenuhi dan jika ketiga syarat ini atau sala satunya tidak terpenuhi maka obat tidak akan di terima oleh Allah, sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama kita. 

Syarat-syarat itu: (1) Meninggalkan dosa tersebut,(2) harus menyesalinya, dan (3) bertekad tidak akan mengulangi perbuatan tersebut.

Adapun dosa yang berkaitan dengan hak manusia, hendaknya hak tersebut dikembalikan atau kita minta dihalalkan (dimaafkan)

Keutamaan tobat dan orang yang bertobat

Ketahuilah wahai saudaraku! Termasuk hal yang hendaknya kita cermati bahwasanya tidak ada satu pun perintah yang Allah titahkan kecauli mengandung banyak maslahat, sebagai wujud sifat hikmah yang dimiliki 
oleh Allah Ta'ala. 

Termasuk dalam hal ini adalah perintahnya kepada para hambanya untuk bertobat karena memang dalam tobat itu terdapat maslahat yang besar dan banyak, di antaranya:

1. Telah melaksanakan perintah Allah dan rasulnya sebagaimana dalam ayat dan hadis di atas. Dan ini harus kita perhatikan tatkala beramal hendaknya merasakan ini adalah perintah Allah dan rasulnya.
2. Allah senang kepada orang yang bertobat. Rasulullah SAW bersabda,"Allah lebih senang dengan tobat hamba-Nya daripada salah satu di antara kalian jatuh dari atas untanya dan ia kehilangan di tanah yang luas.
3. Menjadi orang-orang yang beruntung 
4. Meraih ampunan dari Allah Ta'ala
5. Mendapatkan Surga, ampunan,dan rahmat Allah 
6. Mendapatkan doa dan istigfar dari malaikat
7. Meraih ketenangan hati dan jiwa. Karena,dosa yang Anda lakukan akan memengaruhi tatanan kehidupan Anda, di antaranya hati menjadi tidak tenang dan merasa gundah. Nabi SAW bersabda,"Dan dosa ialah apa yang membuat jiwamu gundah." (HR Muslim:2553)

Segeralah bertobat sebelum terlambat

Wahai saudraku, bersegeralah untuk bertobat dan meraih ampunan dari Rabbmu karena waktu terus berjalan dan beredar. Jangan sampai Anda termasuk dari orang-orang yang lamban untuk mengejar ampunan Allah, sebab sesungguhnya Nabi SAW mengingatkan kita: Barangsiapa bertobat sebelum terbitnya matahari dari barat maka Allah terima tobatnya."(HR.Muslim:2703).

"Sesungguhnya Allah ta'ala menerima tobat hamba-Nya selama roh belum sampai di kerongkongan."

Apakah Jodoh dan Rezeki Itu Takdir Allah atau Usaha Sendiri???

Mohon bersabar jika jodoh belum datang, yang pasti jodoh akan datang sendiri jika sudah waktunya. Ungkapan ini cukup menentramkan hati, meksi belum juga menemukan seorang pendamping dalam hidup. Menyakini kalimat ini adalah cara paling ampuh untuk menenangkan diri sebagai orang. Sama halnya dengan jodoh yang yakini telah ditentukan oleh Allah semenjak manusia belum diciptakan dan telah di tulis di lauhul mahfudz, rezeki pun dianggap telah lama di gariskan oleh yang maha kuasa.

Hasil gambar untuk jodoh


Namun ini sering kali merancukan kepahaman umat islam dengan konsep takdir itu sendiri. Sebagian orang beranggapan karena jodoh dan rezeki seseorang sudah ditetapkan oleh Allah SWT, maka apapun yang terjadi kita tidak bisa mengubah peroleh rezeki dan jodoh tersebut. Dengan kata lain, sehebat apapun usaha kita mencari rezeki, jika Allah mentakdirkan kita miskin sebelum lahir maka miskin juga yang kita dapatkan. Sebaliknya jika Allah sudah mentakdirkan kaya. Semalas apapun kita juga akan kaya. Benarkah anggapan tersebut? jika tidak, lalu rezeki dan jodoh itu takdir Allah ataukah karena usaha kita sendiri? Berikut Penjelasannya untuk Anda.

Takdir Ada Dua Macam

Takdir itu ada dua macam yaitu takdir mutlak dan takdir ikhtiar. Takdir mutlak adalah takdir yang sudah menjadi ketentuan Allah kita sebagai manusia hanya bisa menerimanya sedangkan takdir ikhtiar yaitu takdir yang memang bisa diperoleh dengan jalan ikhtiar atau usaha yang sungguh-sungguh. Hal tersebut di perjelas dalam firman Allah yang artinya : "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan yang ditakdirkan pada) suatu kaum sebelum mereka (berusaha) mengubah keadaan (yang ditakdirkan pada) diri mereka sendiri." (Qs.Ar-Ra'du:11)

Dari ayat tersebut jelas bahwa Allaw SWT mendorong hamba-hambanya untuk berusaha mengubah keadaanya, bukan hanya meminta dan berdoa. Selain itu Allah juga memerintahkan  hamba-hambanya untuk mencari kenikmatan dan kebahagian duniawi dan akhirat. Dan jangan meninggalkan salah satunya karena keduanya memang pembentuk keseimbangan yang harmonis serta saling mendukung dan memepengaruhi. Seperti dalam firman Allah SWT yang artinya: "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu negeri akhrat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari duniawi dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS.Al Qashash:77)

Rezeki Bukan Takdir Mutlak

Maka bagi seseorang yang menganggap rezekinya sudah ditetapkan sejak sebelum mereka lahir, jadi usaha tidak punya peranan disini. Jelas bahwa anggapan tersebut adalah anggapan yang tidak benar karena kenyataanya disekitar kita menunjukkan bahwa besar kecil rezeki seseorang dipengaruhi oleh usaha yang dia lakukan. Meskipun belum tentu usaha yang dilakukan memberikan hasil yang diharapkan karena banyak faktor yang terlibat dalam mencari sebuah hasil. Namun yang jelas, rezeki seseorang bukanlah takdir mutlak yang ditetapkan sebelum kelahiranya. 

Seringkali sebagai orang menganggap dan terjebak pada pemahaman yang keliru bahwa Allah menetapkan takdir tanpa dipengaruhi usaha. Sementara Allah berfirman, justru Allah akan menetapkan takdir setelah kita melakukan usaha dalam urusan dunia maupun akhirat tidak ada yang diberikan secara cuma-cuma tanpa usaha. Namun masih ada saja orang yang berpendapat, Allah kan maha pemurah dan maha kehendak,jika dia menghendaki kita mendapatkan rezeki ya pasti dapat meskipun tanpa berusaha. Keyakinan seperti ini sebenarnya menyalahi sunatullah, karena Allah tidak mengajari demikian. Allah SWT mengajari kita untuk berusaha bearullah Allah membantu dengan kemurahnnya dengan tidak pandang bulu. Jika kita mengeja dunia maka Allah akan memberikannya, begitu pula jika kita mengejar akhirat juga akan diberikan kesuksesan akhirat dan jika kita mengejar keduanya juga akan diberikan keduanya.

Jodoh Bukan Takdir Mutlak

Dalam hal jodoh tidak jauh berbeda, memang sering kali kita mendengar ungkapan "Kalau memang jodoh tak akan lari kemana". Namun ini sungguh tidak mendidik, ungkapan ini seakan-akan mengatakan bahwa jodoh itu tidak perlu dicari dan diusahakan karena nati akan datang sendiri. Padahal kenyataannya tidak demikian, orang yang tidak berusaha mencarinya maka tidak akan bertemu dengan jodohnya dan orang yang tidak berusaha mencari jodoh yan baik maka akan bertemu dengan jodoh yang buruk. Allah SWT memang menyuruh kita untuk berusaha, termasuk dalam hal mencari pasangan hidup. Kata jodoh dan berjodoh itu pun tidak pernah ditemukan dalam Al-Qur'an. Perjodohan adalah sebuah pilihan bukan sebuah ketetapan yang harus kita terima. 

Kita harus menyadari segala yang kita dapatkan memang harus diawali dengan perjuangan. Bahkan sekalipun jodoh yang kabarnya sudah ditakdirkan tak seharusnya kita menunggu dalam diam, karena moment menunggu itu selayaknya bisa dimanfaatkan. Bertumbuh jadi pribadi yang lebih baik setiap harinya adalah kewajiban, karena apakah jodoh itu baik atau tidak semua bergantung pada ikhtiar kita. Kita selayaknya mengukur diri jadi kita ingin mendapatkan pasangan hidup yang terbaik yang dipilihkan oleh Allah, maka kita juga harus intropeksi dan memperbaiki diri. Terus menambah iman dan taqwa agar Insya Allah sesuai dengan jodoh yang Allah kehendaki.

Anda Terkena Diabetes? Ini Solusinya,,,Klik!