Friday, September 2, 2016

Ketenangan dan Kekuatan Hati Dalam Islam

Hasil gambar untuk ketenangan hati dalam islam


Ketenangan jiwa membuat orang dapat hidup tenang. Inilah yang sangat diperlukan pada situasi seperit sekarang, di tengah-tengah gelombang kehidupan yang serba tidak tidak menentukan. Apalagi bagi seorang pemimpin yang bercita-cita mewujudkan kecerah-ceriaan masa depan bagi negeri yang sedang terpuruhk ini. Hanya orang yang memiliki ketenangan jiwa yang dibalut oleh iman dan dzikrullah yang dapat berpikir tenga; berpandangan jitu, dan mampu membuat program yang mengenai sasaran untuk kepentingan manusia dan kemanusiaan. 

Sekarang ini kita bukannaya miskin manusia intelek, tetapi ibu-ibu di negeri ini tidak subur rahimnya untuk melahirkan  insan-insan yang memiliki jiwa dan pikiran tenang. Yaitu insan yang tidak terkontaminasi dengan virus kegelisahan, kecemasan, keputusan dan kergauan. 

Hendaknya secuil ketenangan jiwa yang telah kita peroleh bisa senantiasa dipelihara, kita pupuk dengan shalat, shiyam, baik yang fardhu atau yang sunnah, infaq, dzikir, dan tadabbur ( telaah ) Al-Qur'an. Insya Allah semua itu akan menghidupkan hati, menenangkan jiwa, membuka pikiran, dan meluruskan langkah. lebih jauh dari itu, akan mengantar kita agar dapat terhindar dari kesulitan di akhirat, yang sekaligus akan mempermudah kita dalam urusan dunia. 

Sekarang ini kita tidak mengharapkan lahirnya pakar manajemen yang menghabiskan separuh umurnya belajar dari negara ke negara yang lain, namun kering dari nilai-nilai wahyu. Tapi yang diharapkan adalah yang tercerahkan dengan wahyu dan kaya dengan bahan perbandingan. 

Kita bisa belajar dari sejarah. Kaisar Romawi, Heraclius,Beberapa saat setelah pembesar-pembesarnya, "Kabarkanlah kepadaku tentang kaum muslimin yang memerangi kalian itu. Bukankah mereka juga manusia seperti kalian ?"

Pembesarnya menjawab,"Benar".

Kaisar bertanya lagi,"lalu mana yang lebih banyak jumlahnya, kalian atau mereka?"

Para pembesar menjawab,"Jumlah kami lebih banyak". 

Kaisar melanjutkan pertanyaannya,"Kenapa kalian bisa kalah?"

Seorang tua di kalangan pembesar menjawab,"Karena tentara islam shalat di malam hari dan berpuasa di siang hari, mereka menepati janji, melaksanakan amar ma'ruf dan nahi munkar, saling membagi, tidak saling mementingkan diri. Yang menyebabkan kita kalah karena kita gemar minum khamr, berzina, suka melakukan yang haram,terbiasa melanggar janji, mudah marah, berbuat zhalim, memerintah dengan kekerasan, mencegah dari hal yang diridhai Allah, dan kita banyak berbuat kerusakan di muka bumi ini."

Kaisar Heraclius berkata,"Lewat keteranganmu ini membuat aku yakin bahwa kita memang pantas dikalahkan oleh mereka,dan mereka akan merebut dan menguasai tempat berpijak kedua telapak kakiku ini."

Kita dapat melihat bahwa kemenangan yang dicapai umat islam bukan hanya dengan mengandalkan persenjataan yang lengkap dan jumlah personil yang banyak, tapi terletak pada ketaatan dan kepatuhan berpegang teguh pada ajaran yang dianutnya. Dalam kondisi genting pun tetap menjaga moral dan mematuhi norma-norma yang telah digariskan untuknya. Mereka memiliki ketenangan jiwa dan pikiran yang jernih, baik panglima perangnya ataupun prajurit-prajuritnya. Mereka mampu menahan diri melihat lawanya berpesta khamar dan melampiaskan nafsu seksnya. Kaum Muslimin sadar bahwa dalam ketenagan dan pengadilan dirilah terletak potensi maha raksasa untuk mencapai kemenangan. Wallahu a'lam.

Anda Terkena Diabetes? Ini Solusinya,,,Klik!